
Final Futsal Porprov Jatim Ricuh, Laga Kota Malang vs Surabaya Dihentikan
Pertandingan final futsal Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur 2025 yang mempertemukan tim Kota Malang melawan Kota Surabaya berlangsung panas dan berujung ricuh.
Laga yang seharusnya menjadi penentu medali emas dan penutup manis ajang olahraga bergengsi tingkat provinsi ini justru
dihentikan sementara oleh panitia karena insiden yang tidak diinginkan di tengah pertandingan.

Laga Sengit Berujung Tegangan Tinggi
Bertempat di GOR Delta Sidoarjo, pertandingan final antara Kota Malang dan Surabaya dimulai dengan intensitas tinggi sejak menit awal.
Kedua tim sama-sama menunjukkan kualitas terbaik mereka, baik dari sisi teknik maupun strategi.
Suporter dari masing-masing kota turut memadati tribun dan memberikan dukungan penuh dengan sorak-sorai dan yel-yel.
Namun, laga yang berjalan ketat mulai memanas ketika memasuki babak kedua. Skor sementara saat itu menunjukkan kedudukan 2-2
mencerminkan betapa sengitnya persaingan antara dua kota besar di Jawa Timur tersebut.
Insiden Pemicu Kericuhan
Kericuhan mulai terjadi saat salah satu pemain dari tim Kota Surabaya dianggap melakukan pelanggaran keras terhadap pemain
Kota Malang. Wasit memutuskan untuk memberikan kartu kuning, namun keputusan tersebut memicu
protes keras dari kubu Malang yang merasa pelanggaran itu layak mendapat kartu merah langsung.
Tidak lama setelahnya, suasana di lapangan berubah menjadi kacau. Beberapa pemain saling dorong dan beradu argumen secara emosional.
Ofisial dari kedua tim mencoba melerai, namun situasi semakin tidak terkendali ketika sebagian suporter dari tribun juga turut
mengekspresikan kekesalan mereka dengan melempar botol dan benda-benda ke arah lapangan.
Panitia Hentikan Pertandingan
Melihat kondisi yang semakin memburuk dan untuk menghindari potensi kerusuhan yang lebih besar, pihak panitia bersama
pengawas pertandingan dan aparat keamanan memutuskan untuk menghentikan pertandingan sementara.
Para pemain diminta meninggalkan lapangan dan kembali ke ruang ganti untuk menenangkan diri.
Kepolisian dan petugas keamanan pun bergerak cepat untuk mengendalikan situasi di tribun penonton.
Beberapa orang yang diduga memprovokasi kericuhan diamankan untuk dimintai keterangan.
Tanggapan Resmi dari Panitia dan KONI
Ketua Panitia Pelaksana Porprov Jatim 2025, dalam konferensi pers yang digelar tak lama setelah insiden, menyampaikan penyesalannya atas kericuhan yang terjadi.
Ini adalah pertandingan final yang seharusnya berlangsung sportif. Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan akan mengevaluasi seluruh proses penyelenggaraan cabang futsal,” ujarnya.
Sementara itu, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur menyatakan akan mengusut insiden tersebut
termasuk kemungkinan adanya sanksi bagi tim atau pemain yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin berat.
Sportivitas harus tetap menjadi jiwa dari setiap pertandingan. Kami tidak akan mentolerir kekerasan dan sikap tidak fair play,” tegas perwakilan KONI.
Reaksi Publik dan Harapan ke Depan
Insiden ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Banyak warganet menyayangkan tindakan yang tidak mencerminkan semangat olahraga.
Sebagian lainnya menilai bahwa tekanan tinggi dalam pertandingan final memang sering memicu emosi, namun seharusnya tetap bisa dikendalikan.
Banyak pihak berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua elemen yang terlibat dalam dunia olahraga
baik pemain, ofisial, suporter, maupun penyelenggara. Penerapan disiplin yang tegas dan edukasi mengenai sportivitas perlu terus ditingkatkan demi menjaga marwah kompetisi olahraga.
Penutup
Kericuhan yang terjadi dalam final futsal Porprov Jatim 2025 antara Kota Malang dan Surabaya menunjukkan
bahwa semangat kompetisi tinggi harus selalu dibarengi dengan kontrol emosi dan nilai sportivitas. Pertandingan yang seharusnya menjadi
panggung prestasi justru tercoreng oleh insiden yang tidak perlu. Diharapkan pihak terkait segera menyelesaikan insiden ini secara
adil dan profesional, agar kepercayaan publik terhadap dunia olahraga tetap terjaga.
Baca juga: Lionel Messi vs Cristiano Ronaldo di Usia 38: Siapa yang Lebih Produktif?